Sunday, October 9, 2011

Katanya hadiah buat dia.

Hari itu Tuhan berbukti kepadaku.
Hadiah besar tak selalu berkemas kertas.
Hadiah besar tak selalu sebuah kejutan.
Kamu.
Ya, kamu.
Aku ingat betul bagaimana dia, orang yang mengambil aku dari ibuku, begitu bahagia.
Bahagia mendapati kamu sudah aku rengkuh beberapa waktu.
Dan, ah, untuk kau tahu saja.
Kau nakal waktu itu!
Kamu pikir aku ini apa? Seenaknya saja kamu daratkan ujung jemari kaki ke tubuhku.
Eh, tidak. Tidak, tidak.
Apa yang kamu buat itu tetap jadi senyum bagiku.
Saat itu juga. Aku tersenyum, memori itu menetap juga ternyata.
Padahal angka yang mengalikan 365 hari itu sudah beranak banyak.
Hmm, waktu cepat berlalu bukan, sayangku?
Sekarang kau menginjak tanah dewasa.
Kamu menawan dengan bahan merah muda dan rambut ditata.
Sayang, bukan lagi kamu milikku seutuhnya.

Dengan cinta,
ibunda.


PS: Kalau kamu disakitinya, menggelayut lagi di bahuku. Aku ajari bagaimana perlakukanmu.

No comments:

Post a Comment