Saturday, February 8, 2014

Bukan pertahanan saya roboh. Cuma, sekadar cuma kok.

Monday, February 3, 2014

Jawabnya ada di ujung langit, katanya.

Teruntuk lelaki, yang tangkas dan pemberani.
Apa kabar, kamu? Tempo hari saya ingat kamu.

Orang dari masa lalu pernah meramalkan, bahwa suatu saat nanti, masa depan akan jadi lebih baik apa-apanya.
Sayang, mereka tak mampu menebak siapa yang dapat memperbaiki apa-apanya dunia.

Mimpi dengan cahaya yang menyilaukan, kata mereka yang mengerti, ini tanda datangnya kehidupan kedua. Kehidupan yang, katanya, akan jadi lebih baik.
Tapi, tetap saja. Bukankah percuma bila waktu yang tepat tidak datang bersamaan dengan penyelamat, seseorang yang mampu memperbaiki apa-apanya dunia.

Sampai tiba suatu masa, saat kamu ada. Bersama dengan jawaban atas segala hal, yang tersimpan di ujung langit.
Kata mereka, untuk menemukan jawaban itu, kami mesti pergi bersama kamu. Benarkah itu?
Bila iya, bawa saya ke sana. Bawa kami ke sana.
Dan dengan segala kemampuan yang ada, kami akan menemukan jawaban itu. Denganmu.
Dan bila nanti kami kembali langit, semoga hidup akan jadi lebih baik.

Ini semua tidaklah mudah, ini semua tugas yang berat.
Sesungguhnya hanya denganmu, sesungguhnya hanya kamu yang mampu mewujudkannya, Dragon Ball.

Tertanda,
Saya yang tiba-tiba rindu masa lalu.

Sunday, February 2, 2014

Teruntuk hati, yang entah ada dimana.

Teruntuk hati, yang entah ada dimana.
Ini kali pertama kita bicara. Rikuh, ya?
Tentu, selama ini kamu hanya mengirimkan perasaan ke kepala saya tanpa sekali pun bicara. Termasuk perasaan pada Biru yang tiba-tiba, itu ulahmu, kan?

Yang terkasih, hati.
Saya mengirimkan doa bahagia buatmu. Agar sesekali kamu bahagia, tidak melulu tenggelam dalam biru gara-gara saya.
Suatu waktu saya ingin bertemu muka denganmu, dan menyampaikan satu hal ini.
Sayang, bahkan saya sendiri tidak tahu kamu dimana.
Yang saya tahu, kamu tinggal di kuadran kanan perut saya. Tapi sesuatu terjadi pada dada saya waktu kamu patah. Sesungguhnya kamu ada dimana?

Ah, iya.
Yang terkasih, hati.
Terima kasih untuk ruang yang terlampau lapang untuk menampung segala hal akan Biru.
Sebab hari ini saya mau berhenti.
Saya mau memulai untuk berhenti menimbun kamu dalam Biru.
Sudah terlalu lama kamu tenggelam dalam Biru, membiru dan kaku.

Yang terkasih, hati.
Bersama surat ini saya kirimkan waktu dan pensil warna.
Karena cepat atau lambat kamu akan bertemu warna-warna yang bukan Biru, atau mungkin biru yang baru.

Tertanda,
Saya.