Sunday, October 30, 2011

Angin. Angin. Angin.

ANGIN, 1

Sapardi Djoko Damono

Angin yang diciptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, "Hei siapa ini yang mendadak di depanku?"

Angin itu tersentak kembali ketika kemudian terdengar jerit wanita untuk pertama kali, sejak itu ia terus bertiup tak pernah menoleh lagi.

-- sampai pagi tadi:

Ketika kau bagai terpesona sebab tiba-tiba merasa scorang diri di tengah bising-bising ini tanpa Hawa.

Perahu Kertas,

Kumpulan Sajak,

1982.

ANGIN, 2

Sapardi Djoko Damono

Angin pagi menerbangkan sisa-sisa unggun api yang terbakar semalaman.

Seekor ular lewat, menghindar.

Lelaki itu masih tidur.

Ia bermimpi bahwa perigi tua yang tertutup ilalang panjang

di pekarangan belakang rumah itu tiba-tiba berair kembali.

Perahu Kertas,

Kumpulan Sajak,

1982.

ANGIN, 3

Sapardi Djoko Damono

"Seandainya aku bukan ......

Tapi kau angin!

Tapi kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar,

menyusup celah-celah jendela, berkelebat di pundak bukit itu.

"Seandainya aku . . . ., ."

Tapi kau angin!

Nafasmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang perselisihan antara cahaya matahari dan warna-warna bunga.

"Seandainya ......

Tapi kau angin!

Jangan menjerit:

Semerbakmu memekakkanku.

Perahu Kertas,

Kumpulan Sajak,

1982.

No comments:

Post a Comment