Sunday, October 30, 2011

Ini baru yang pertama, sisanya belum tercipta.

Dia lelaki yang berdiri paling lama. Bertahan, mungkin selamanya. Selama dia bisa membawa raga dan kawannya, di darat kehidupan.
Ya, paling lama. Ya, selamanya. Ya, dia tak mengenal siapa.
Tidak, dia tidak bertemu ujung asa. Tidak, dia tak lelah berjaga. Tidak, dia tak pula lupa apa yang harus ia bawa di kala senja. Esok pagi, dan tetap bernyawa.
Selamat pagi, Dunia. Tiada lagi manusia. Aku? Ah, aku masih manusia. Yang tersisa.
Begitu tebakku, atas kata hatinya. Kata hati, sejalan menyapa manekin-manekin tengah bersenda di ujung-ujung persimpangan. Namun raib, ketika seorang berambut gelap. Sutra melapis. Senyum tipis merah jambu, ia temui di tengah hari. Seorang, manekin tentu saja.
Jatuh cinta? Bisa saja. Mau dengan siapa? Bukan, bukan manekinnya. Wanita. Ia temui setelah dia selesaikan semuanya.
Pagi ini areal pekat yang menampung pesakit-pesakit kembali ia sambangi, bersama kawan kecilnya. Tentu tepat di kiri langkah-langkah panjangnya.
Tidak. Tuhan, tolong jangan. Jangan biarkan dia kehilangan tanggungan. Kehilangan kehidupan!
Syukurlah! Terima kasih, Tuhan.
Makhluk ini benar tercipta sebagai kawan manusia. Dia kembali.

No comments:

Post a Comment