Tuesday, September 2, 2014

Hold yourself and heart, D. Kamu tidak mau terjebak di hal yang sama lagi, kan? Jangan jadi lemah, jangan.

Sunday, August 17, 2014

Bukan apa-apa. Saya hanya lelah. Yang diperparah oleh ketakutan.
Iya, saya takut.
Bahkan pada seorang yang kini lebih dari dekat, makan waktu lama untuk saya menghapus jarak. Terlebih, segala ini terjadi terlampau cepat.
Takut. Saya takut.
Sesungguhnya bukan salah siapa-siapa atas rasa takut saya.
Saya sendiri, malah.
Karena sesuatu ini, jadi sesuatu yang sama di depan yang lain.
Bukan sebab saya saja.

Adiksi. Mungkin ia mengadiksi. Atau saya yang kelewat lemah, semudah itu teradiksi.

Saturday, August 16, 2014

tadinya saya mau pulang. iya, ini saya pulang.
tadinya juga mau bicara. bicara panjang lebar ke kiri lalu ke kanan, ke atas lalu ke bawah, ke hutan lalu ke pantai.
cuma saya masih belum menemukan alasan yang tepat untuk menulis lagi, dan kalimat yang tepat untuk saya bercerita.

hai.
saya pulang.
usai membaca tulisan seseorang, soal tetap menulis untuk menolak lupa.
dan kini saya ingat jalan pulang ke sini.

jujur, sejak saya tidak pernah pulang, saya kehilangan alasan untuk menulis lagi.
kata seorang teman, saya sudah menemukan lingkaran yang tepat untuk saya tidak lagi menyimpan apa-apanya sendiri.
mungkin benar, begitu.
meski saya tidak juga membagikan apa-apanya ke siapa-siapa.

---

katanya, tetaplah menulis. untuk merekam apa-apa yang sudah dilalui.
apa-apa yang sudah dilalui.

---

dari titik ini, ditulis lagi beberapa waktu setelah saya bilang saya kehilangan alasan.
dan kini, saya seperti menemukan alasan baru untuk saya merekam lagi.
tidak, saya tidak kembali ke alasan yang lalu. terlalu sedih, kan?
iya, saya menemukan alasan baru, hasil dari menyimpulkan.
(seorang teman pernah bilang, kamu tau D? sesungguhnya sebab buat kita bercerita adalah segala yang tertampung tumpah dari kepalamu. mungkin kamu menemukan ruang yang baik, untuk menyimpan perihal akanmu. hingga kamu tidak menulis lagi.)
mungkin... atau tidak terjadi apa-apa di kepala saya selama ini. distraksi dari luar terlalu besar.
dan iya, saya mengiyakan. Keduanya disimpulkan.

Saturday, February 8, 2014

Bukan pertahanan saya roboh. Cuma, sekadar cuma kok.

Monday, February 3, 2014

Jawabnya ada di ujung langit, katanya.

Teruntuk lelaki, yang tangkas dan pemberani.
Apa kabar, kamu? Tempo hari saya ingat kamu.

Orang dari masa lalu pernah meramalkan, bahwa suatu saat nanti, masa depan akan jadi lebih baik apa-apanya.
Sayang, mereka tak mampu menebak siapa yang dapat memperbaiki apa-apanya dunia.

Mimpi dengan cahaya yang menyilaukan, kata mereka yang mengerti, ini tanda datangnya kehidupan kedua. Kehidupan yang, katanya, akan jadi lebih baik.
Tapi, tetap saja. Bukankah percuma bila waktu yang tepat tidak datang bersamaan dengan penyelamat, seseorang yang mampu memperbaiki apa-apanya dunia.

Sampai tiba suatu masa, saat kamu ada. Bersama dengan jawaban atas segala hal, yang tersimpan di ujung langit.
Kata mereka, untuk menemukan jawaban itu, kami mesti pergi bersama kamu. Benarkah itu?
Bila iya, bawa saya ke sana. Bawa kami ke sana.
Dan dengan segala kemampuan yang ada, kami akan menemukan jawaban itu. Denganmu.
Dan bila nanti kami kembali langit, semoga hidup akan jadi lebih baik.

Ini semua tidaklah mudah, ini semua tugas yang berat.
Sesungguhnya hanya denganmu, sesungguhnya hanya kamu yang mampu mewujudkannya, Dragon Ball.

Tertanda,
Saya yang tiba-tiba rindu masa lalu.

Sunday, February 2, 2014

Teruntuk hati, yang entah ada dimana.

Teruntuk hati, yang entah ada dimana.
Ini kali pertama kita bicara. Rikuh, ya?
Tentu, selama ini kamu hanya mengirimkan perasaan ke kepala saya tanpa sekali pun bicara. Termasuk perasaan pada Biru yang tiba-tiba, itu ulahmu, kan?

Yang terkasih, hati.
Saya mengirimkan doa bahagia buatmu. Agar sesekali kamu bahagia, tidak melulu tenggelam dalam biru gara-gara saya.
Suatu waktu saya ingin bertemu muka denganmu, dan menyampaikan satu hal ini.
Sayang, bahkan saya sendiri tidak tahu kamu dimana.
Yang saya tahu, kamu tinggal di kuadran kanan perut saya. Tapi sesuatu terjadi pada dada saya waktu kamu patah. Sesungguhnya kamu ada dimana?

Ah, iya.
Yang terkasih, hati.
Terima kasih untuk ruang yang terlampau lapang untuk menampung segala hal akan Biru.
Sebab hari ini saya mau berhenti.
Saya mau memulai untuk berhenti menimbun kamu dalam Biru.
Sudah terlalu lama kamu tenggelam dalam Biru, membiru dan kaku.

Yang terkasih, hati.
Bersama surat ini saya kirimkan waktu dan pensil warna.
Karena cepat atau lambat kamu akan bertemu warna-warna yang bukan Biru, atau mungkin biru yang baru.

Tertanda,
Saya.

Monday, January 27, 2014

Saya tersesat.

Thursday, January 2, 2014

Ada beberapa hal, yang mungkin selamanya mesti disimpan sendiri.
Ada beberapa hal, yang mungkin tidak satu orang lain pun mampu mengerti.
Satu, saja. Satu. Saya mampu menyimpan dan mengerti hal-hal itu sendiri.