Sunday, February 2, 2014

Teruntuk hati, yang entah ada dimana.

Teruntuk hati, yang entah ada dimana.
Ini kali pertama kita bicara. Rikuh, ya?
Tentu, selama ini kamu hanya mengirimkan perasaan ke kepala saya tanpa sekali pun bicara. Termasuk perasaan pada Biru yang tiba-tiba, itu ulahmu, kan?

Yang terkasih, hati.
Saya mengirimkan doa bahagia buatmu. Agar sesekali kamu bahagia, tidak melulu tenggelam dalam biru gara-gara saya.
Suatu waktu saya ingin bertemu muka denganmu, dan menyampaikan satu hal ini.
Sayang, bahkan saya sendiri tidak tahu kamu dimana.
Yang saya tahu, kamu tinggal di kuadran kanan perut saya. Tapi sesuatu terjadi pada dada saya waktu kamu patah. Sesungguhnya kamu ada dimana?

Ah, iya.
Yang terkasih, hati.
Terima kasih untuk ruang yang terlampau lapang untuk menampung segala hal akan Biru.
Sebab hari ini saya mau berhenti.
Saya mau memulai untuk berhenti menimbun kamu dalam Biru.
Sudah terlalu lama kamu tenggelam dalam Biru, membiru dan kaku.

Yang terkasih, hati.
Bersama surat ini saya kirimkan waktu dan pensil warna.
Karena cepat atau lambat kamu akan bertemu warna-warna yang bukan Biru, atau mungkin biru yang baru.

Tertanda,
Saya.

No comments:

Post a Comment