Thursday, October 18, 2012

Something always brings me back to you.
It never takes too long.
No matter what I say or do, I still feel you here till the moment I’m gone.
You hold me without touch.
You keep me without chains.
I never wanted anything so much, than to drown in your love and not feel your rain.
Set me free, leave me be.
I don’t want to fall another moment into your gravity.
Here I am, and I’m stand so tall.
Just the way I’m supposed to be.
But you’re on to me, and all over me.
***
Kamu tahu, sudah berapa kali saya bangun dinding tinggi?
Saya sendiri tidak tahu, tapi beberapa di antaranya roboh olehmu.
Kamu tahu, setiap dindingnya mampu bertahan berapa lama?
Saya sendiri tidak tahu, tapi lebih cepat dari pekerjaan sekilo rayap yang menyerbu lemari kayu.

Teruntuk kamu, teruntuk Biru.

Kamu percaya, akan takdir?
Saya iya, Ru.
Saya percaya kamu adalah takdir yang ditulis dengan baik oleh Tuhan di linimasa hidup saya.
Maksud saya, kamu sebagai takdir saya bukan berarti kamu yang ada di akhir cerita, bukan?
Kamu ada di dalamnya, merupakan salah satu takdir yang digariskan Tuhan.
Maka, berjanjilah untuk tetap di sini, Ru.
Paling tidak, pada masa ini.
Karena tidak pernah ada janji, pun dari saya sendiri.
Yang bilang kamu akan terus jadi Biru yang saya miliki sendiri.
Yang bilang namamu tidak akan terganti.
Bukankah mimpi adalah sebuah keharusan?
Lalu kenapa kami sering ditertawakan?

Mimpi kami tinggi, mimpi kami sendiri.
Mimpi kami tinggi, kami kejar sendiri.

Mimpi kami tinggi, nanti-nanti kalau mendapati kami lagi.
Kami sudah beriringan dengan mimpi-mimpi.