Sunday, August 17, 2014

Bukan apa-apa. Saya hanya lelah. Yang diperparah oleh ketakutan.
Iya, saya takut.
Bahkan pada seorang yang kini lebih dari dekat, makan waktu lama untuk saya menghapus jarak. Terlebih, segala ini terjadi terlampau cepat.
Takut. Saya takut.
Sesungguhnya bukan salah siapa-siapa atas rasa takut saya.
Saya sendiri, malah.
Karena sesuatu ini, jadi sesuatu yang sama di depan yang lain.
Bukan sebab saya saja.

Adiksi. Mungkin ia mengadiksi. Atau saya yang kelewat lemah, semudah itu teradiksi.

Saturday, August 16, 2014

tadinya saya mau pulang. iya, ini saya pulang.
tadinya juga mau bicara. bicara panjang lebar ke kiri lalu ke kanan, ke atas lalu ke bawah, ke hutan lalu ke pantai.
cuma saya masih belum menemukan alasan yang tepat untuk menulis lagi, dan kalimat yang tepat untuk saya bercerita.

hai.
saya pulang.
usai membaca tulisan seseorang, soal tetap menulis untuk menolak lupa.
dan kini saya ingat jalan pulang ke sini.

jujur, sejak saya tidak pernah pulang, saya kehilangan alasan untuk menulis lagi.
kata seorang teman, saya sudah menemukan lingkaran yang tepat untuk saya tidak lagi menyimpan apa-apanya sendiri.
mungkin benar, begitu.
meski saya tidak juga membagikan apa-apanya ke siapa-siapa.

---

katanya, tetaplah menulis. untuk merekam apa-apa yang sudah dilalui.
apa-apa yang sudah dilalui.

---

dari titik ini, ditulis lagi beberapa waktu setelah saya bilang saya kehilangan alasan.
dan kini, saya seperti menemukan alasan baru untuk saya merekam lagi.
tidak, saya tidak kembali ke alasan yang lalu. terlalu sedih, kan?
iya, saya menemukan alasan baru, hasil dari menyimpulkan.
(seorang teman pernah bilang, kamu tau D? sesungguhnya sebab buat kita bercerita adalah segala yang tertampung tumpah dari kepalamu. mungkin kamu menemukan ruang yang baik, untuk menyimpan perihal akanmu. hingga kamu tidak menulis lagi.)
mungkin... atau tidak terjadi apa-apa di kepala saya selama ini. distraksi dari luar terlalu besar.
dan iya, saya mengiyakan. Keduanya disimpulkan.