Ketika tunas ini tumbuh
Serupa tubuh yang mengakar
Setiap nafas terhembus adalah kata
Angan, debur, dan emosi bersatu
Dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat, lidah kita menyatu
Maka setiap apa yang terucap
Adalah sabda pandita ratu
Di luar itu pasir
Di luar itu debu
Hanya angin meniup saja lalu hilang
Terbang tak ada
Tapi kita tetap menari
Menari cuma kita yang tahu
Jiwa ini tandu
Maka duduk saja, maka akan kita bawa
semua
Karena kita adalah satu
Unknown
Friday, March 30, 2012
Thursday, March 29, 2012
Wednesday, March 28, 2012
Thursday, March 22, 2012
Bicara panjang. Panjaaaaaaaaang, sampai ke hutan.
Bicara panjang, sampai habis waktu berjam-jam itu menyenangkan.
Dengan satu, yang bisa saja siapa saja. Benar, siapa saja.
Tentu, tentu satu yang tidak ada tentangnya.
Karena bagaimana bisa, bila saling tentang kemudian habis waktu untuk berapa bincang?
Tahu, hal paling menyenangkan dari bicara panjang? Buatku, melanglang dan membawa lari suatu hal.
Ya, melanglang. Karena aku selalu dapat hal baru usai berbicara panjang. Seperti habis menggali, dan menemu dunia baru.
Ya, membawa lari suatu hal. Karena aku selalu membuat hilang satu hal yang dibicarakan, mengganti dengan hal yang baru. Dalam waktu yang tidak panjang.
Semuanya menyenangkan, bukan?
Kecuali pada bagian sudah-bicara-panjang-lebar-kesana-kemari-lari-ke-hutan-belok-ke-pantai-lalu-pecahkan-gelasnya-tapi-ternyata-diabaikan.
Yang ini tidak menyenangkan.
Dengan satu, yang bisa saja siapa saja. Benar, siapa saja.
Tentu, tentu satu yang tidak ada tentangnya.
Karena bagaimana bisa, bila saling tentang kemudian habis waktu untuk berapa bincang?
Tahu, hal paling menyenangkan dari bicara panjang? Buatku, melanglang dan membawa lari suatu hal.
Ya, melanglang. Karena aku selalu dapat hal baru usai berbicara panjang. Seperti habis menggali, dan menemu dunia baru.
Ya, membawa lari suatu hal. Karena aku selalu membuat hilang satu hal yang dibicarakan, mengganti dengan hal yang baru. Dalam waktu yang tidak panjang.
Semuanya menyenangkan, bukan?
Kecuali pada bagian sudah-bicara-panjang-lebar-kesana-kemari-lari-ke-hutan-belok-ke-pantai-lalu-pecahkan-gelasnya-tapi-ternyata-diabaikan.
Yang ini tidak menyenangkan.
Monday, March 19, 2012
Sunday, March 18, 2012
Kalau saja. Sebatas itu.
Kalau saja ya, berkoar dan mengumbar di bidang ini lebih mudah. Dibanding menitikkan kata di kertas bergaris. Hidup mungkin tidak serumit itu.
Bukan?
Tapi satu macam apa yang mampu begitu? Yang bisa menjadikan gelapnya, materi berbagi kisah para yang lain.
Di sini lebih mudah menyebar kode.
Seperti ini.
Bukan?
Tapi satu macam apa yang mampu begitu? Yang bisa menjadikan gelapnya, materi berbagi kisah para yang lain.
Di sini lebih mudah menyebar kode.
Seperti ini.
Saturday, March 10, 2012
Bahkan mereka lalu aku.
Bahkan mereka tidak nyaman dengan nyamannya. Lalu aku? Ah, anggap saja nyaman dengan tidak nyamannya.
Saturday, March 3, 2012
Am I an Astronaut?
Can anybody hear me?
Am I talking to myself?
My mind is running empty.
In the search for someone else.
Who doesn't look right through
me
It's all just static in my head.
Can anybody tell me why I'm
lonely like a satellite?
SP's.
Am I talking to myself?
My mind is running empty.
In the search for someone else.
Who doesn't look right through
me
It's all just static in my head.
Can anybody tell me why I'm
lonely like a satellite?
SP's.
Friday, March 2, 2012
Zarry Hendrik's.
Di jendela yang masih basah di sesaat
setelah rintik-rintikan awan reda, kutulis
namamu dengan menyeretkan satu jariku
perlahan-lahan. Entahlah, sepeninggalanmu
aku jadi gemar melakukan hal-hal unik, yang
bisa aku tulis terus menerus.
http://zarryhendrik.tumblr.com
setelah rintik-rintikan awan reda, kutulis
namamu dengan menyeretkan satu jariku
perlahan-lahan. Entahlah, sepeninggalanmu
aku jadi gemar melakukan hal-hal unik, yang
bisa aku tulis terus menerus.
http://zarryhendrik.tumblr.com
Thursday, March 1, 2012
Patah hati, lagi? Bukan. Bahkan tidak terbentuk, bagaimana patah?
Angka digital di sudut layar sudah membentuk 21 setelah 22. Waktunya tidur, seharusnya. Sayang, tiga 24 jam ini perlu waktu lama untuk itu.
Bukan. Bukan atas patah hati aku seperti ini. Apa coba yang membuat patah? Seperti kata mereka, bukan? Sendiri itu, tidak perlu memindah langkah. Terlebih hatinya bertemu patah.
Cuma seperti ada yang hilang, kau tahu? Bukan, bukan patah hati, aku bilang. Hilang. Aku berhenti menelan sejumlah perkara, aku masih tetap mencoba berhenti menutup pintu hatinya rapat-rapat. Membuang kuncinya jauh-jauh, dalam-dalam di pedalaman. Tapi, ya, aku kembali ke kebiasaan lama.
Setiap hal seperti tidak perlu peduli.
Seperti kehilangan, ditinggalkan.
Atau kesepian?
Tapi atas apa pula siapa coba?
Bukan. Bukan atas patah hati aku seperti ini. Apa coba yang membuat patah? Seperti kata mereka, bukan? Sendiri itu, tidak perlu memindah langkah. Terlebih hatinya bertemu patah.
Cuma seperti ada yang hilang, kau tahu? Bukan, bukan patah hati, aku bilang. Hilang. Aku berhenti menelan sejumlah perkara, aku masih tetap mencoba berhenti menutup pintu hatinya rapat-rapat. Membuang kuncinya jauh-jauh, dalam-dalam di pedalaman. Tapi, ya, aku kembali ke kebiasaan lama.
Setiap hal seperti tidak perlu peduli.
Seperti kehilangan, ditinggalkan.
Atau kesepian?
Tapi atas apa pula siapa coba?
Berhenti. Nanti mati.
Jangan. Jangan pernah
sekali terlebih dua, menelan
perkara dalam-dalam. Tanpa
dimuntahkan. Itu mencipta bom
waktu. Mati konyol.
sekali terlebih dua, menelan
perkara dalam-dalam. Tanpa
dimuntahkan. Itu mencipta bom
waktu. Mati konyol.
Zarry Hendrik's.
Terkadang, ya, kesabaran adalah kekuatan
menahan sesuatu yang berat, yang tidak
hanya rasa rindu, rasa ingin, tetapi juga rasa sakit.
menahan sesuatu yang berat, yang tidak
hanya rasa rindu, rasa ingin, tetapi juga rasa sakit.
Subscribe to:
Posts (Atom)